ILMU BADI’
DEVINISI ILMU BADI’
Ilmu Badi’ secara bahasa adalah aneh, asing dan indah.
Ilmu Badi’ menurut istilah adalah suatu ilmu yang digunakan untuk
mengetahui sisi keindahan kalam, yang bisa diketahuisetelah menjaga tujuan
terdahulu ( muthobaqoh dan jelasnya dilalah ).
Ilmu Badi’ diakhirkan dalam pembahasan karena sebenarnyabukan suatu ilmu
yang masuk didalam ilmu balaghoh tetapisuatu ilmu yang mengikutinya.
TINJAUAN SISI KEINDAHAN KALAM
Ditinjau dari sisi keindahan kalam ada 2, yaitu:
Dari sisi ma’nanya.
Dari sisi lafadnya.
PEMBAGIAN YANG PERTAMA
KEINDAHAN KALAM DITINJAU
DARI SISI MA’NANYA
Keindahan kalam ditinjau dari sisi ma’nanya memiliki banyak macam, yaitu:
1. BADI’
MUTHOBAQOH
Yang dinamakan juga dengan badi’ At-Thibaq,
At-Tadlodl, At-Takaafu’, yaitu:
Mengumpulkan antara dua ma’na yang berlawanan dalam satu jumlah.
Adapun dua makna yang berlawanan tersebut ada
beberapa macam, yaitu
a.
Keduanya berupa kalimah isim.
Seperti firman alloh:
Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka
tidur; ( QS. Al-Kahfi 18 )
b.
Keduanya berupa kalimah fi’il.
Seperti firman alloh:
c.
Keduanya berupa kalimah huruf.
Seperti firman alloh:
d.
Keduanya berbeda ( fi’il dan isim )
Seperti firman alloh:
Dan apakah orang yang sudah matikemudian dia kamu
hidupkan; ( QS. Al-An’am 122 )
Pembagian badi’ muthobaqoh ( Thibaq )
Badi’ muthobaqoh ( Thibaq ) dibagi menjadi 2,
yaitu:
1.
Thibaq ijab.
Yaitu dua ma’na yang berlawanan tidak berbeda dari
sisi ijab ( menetapkan hukum ) dan salab (meniadakan hukum ).
Seperti contoh-contoh diatas
2.
Thibaq salab
Dua ma’na yang berlawanan berbeda dari sisi ijab
dan salabnya, seperti mengumpulkan dua fi’il dari satu masdar, yang satunya
manfi yang lainnya mutsbat atau yang satunya amar dan yang lainnya nahi.
Seperti:
a.
Yang satu musbat yang lain manfi.
Seperti firman alloh:
b.
Yang satu amar yang lain nahi.
Seperti firman alloh:
2. BADI’ TASYABUH AL-ATHROF
Secara bahasa adalah kesamaan dan keserupaan pada
ujung ujungnya.
Menurut istilah adalah keserasian antara permulaan
kalam dan akhirnya dalam segi ma’nanya.
Seperti firman alloh:
Dan tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedangkan dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan dialah yang Maha halus
lagi Maha Mengetahui; ( QS. Al-An’am 103 )
Al-Lathiif,- yang artinya maha halus, itu
munasabah atau serasi dengan tidak mampunya mata melihat pada alloh.
Al-Khobir,- yang artinya maha mengetahui, itu
serasi dengan melihatnya alloh pada sesuatu yang kelihatan.
3. BADI’
MUWAFAQOH
Yang dinamakan juga badi’ tanasub,- serasi, badi’
tawaqu’, dan badi’ muro’atun nadzir,- menjaga pada yang menyamainya.
Secara bahasa adalah sesuai atau cocok.
Pengertian mengikuti ulama’ balaghoh adalah
mengumpulkan dua atau beberapa perkara yang sesuai, tapi bukan dari sisi
perlawanan.
a.
Mengumpulkan dua perkara yang sesuai.
Seperti firman alloh:
Dan dia-lah yang maha mendengar dan melihat; ( QS.
Asy-Syuuro 11 )
b.
Mengumpulkan beberapa perkara yang sesuai.
Seperti firman alloh:
Matahari dan bulan (beredar ) menurut perhitungan;
( QS. Ar-Rohmaan 5 )
4. BADI’
AKS
Secara bahasa artinya membalik.
Menurut ulama’ balaghoh adalah apabila didalam
kalam suatu juzdidahulukan lalu diakhirkan.
Dalam bentuknya badi’ aks ada beberapa macam,
yaitu:
a.
Terjadi diantara salah satu dari dua ujungnya
jumlah dan lafadz yang diidlofahkan padanya.
Seperti:
b.
Terjadi pada dua lafadz yang berhubungan
(muta’alliq ) dengan fi’il dalam dua jumlah.
Seperti firman alloh:
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan
engkau keluarkan yang mati dari yang hidup; ( QS. Ali Imron 27 )
c.
Terjadi diantara dua lafadz pada dua ujung nya dua
jumlah.
Seperti firman alloh:
Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan
orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka; ( QS. Al-Mumtahanah 10 )
d.
Terjadi diantara dua ujungnya dua jumlah.
Seperti ucapan penyair:
5. BADI’
TASHIM
Yang dinamakan juga badi’ irshod.
Secara bahasa artinya ngijen-ngijen.
Mengikuti istilah ulama’ balaghoh adalah apabila
sbelum ‘ajuz ( akhir kalimah ) dari suatu ayat atau bait dijadikan suatu lafadz
yang bisa menunjukan pada akhir ayat atau bait,hal ini apabila huruf akhir dari
kalam sebelumnya diketahui.
Seperti firman alloh:
Dan alloh sekali-kali tidak menganiaya mereka,akan
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri; ( QS. Al-Ankabut 40 )
Lafadz liyadzlimahum itu adalah irshod, karena
menunjukan bahwa akhirnya ayat itu bahannya tercetak dari masdar Adz-Dzulmu.
Seperti ucapan penyair.
Bila kamu tidak mampu melakukannya
Maka tinggalkanlah
Dan beralihlah kamu
Pada pekerjaan yang kamu mampu
( Amr bin Ma’di kariba Az-Zabaidi )
6. BADI’
MUSYAKALAH
Sacara bahasa artinya sama bentuknya.
Mengikuti istilah ulama’ balaghoh adalah
menyebutkan sesuatu dengan lafadz lain, karena sesuatu tersebut bersamaan
dengan lafadz lain tersebut dalam kenyataannya atau perkiraannya.
Seperti firman alloh:
Shibghah alloh dan siapa yang lebih baik shibghahnya
dari pada alloh? Dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah; ( QS. Al-Baqoroh 138
)
Shibghah artinya celupan.
Shibghah Alloh:clopan alloh yang berarti iman
kepada Alloh yang tidak disertai dengan kemusyrikan.
Shibghah Alloh adalah masdar ang mentaukidi amanna
billahi, yang maksudnya mensusikan Alloh, karena iman itu mensucikan hati.
Seperti ucapan penyair:
Mereka berkata, mintalah sesuatu
Maka kamu akan temukan masakannya
Aku berkata, jahitkanlah untukku
Jubah dan ghamis
Lafadz Ith bakhu berma’na khoyyithu ( jahitkan )
karena untuk tujuan musyakalah ( agar ada kesamaan bentuk ) karena disebutkan
bersamaan lafadz memasak.
7. BADI’
TAZAWUJ
Yaitu mencampuri diantara dua ma’na didalam syarad
dan jaza’, dengan gambaran suatu ma’na yang diurutkan padanya.
Seperti ucapan penyair:
Ketika orang-orang mencegahku mencintai kekasih
Maka semakin bertambah cintaku padanya
Ketika kekasihku mendengarkan para pengadu
Maka semakin bertambah ketidak peduliannya padaku.
8. BADI’
RUJU’
Yaitu kembali pada kalam sebelumnya denyan cara
merusak khabarnya, karena adanya suatu faidah.
Seperti ucapan penyair:
Bertempatlah kau dirumah kekasihmu
Yang tak rusak oleh lamanya waktu
Memang betul tidak rusak, tetapi merusakkannya
Terpaan angin dan hujan.
Pada penyair ini pertama kali dikhabarkan bahwa
rumah kekasih tidak rusak oleh lamanya waktu, lalu khabar ini dirusak dengan
ucapan bala ( memang betul tidak rusak ), faidahnya disini adalah menampakkan
rasa kebingungan.
9. BADI’
MUQOBALAH
Yaitu mendatangkan dua ma’na atau lebih yang
sesuai dan cocok, kemudian datang perkara yang membandinginya secara tertib.
Seperti firman alloh surat Al-Lail 5-10:
5. Adapun orang yang memberikan ( hartanya dijalan
alloh ) dan berkata,
6. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (
syurga ),
7. Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah,
8. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa
dirinya cukup,
9. Serta mendustakan pahala terbaik,
10. Maka kelak kami akan menyiapkan baginya (
jalan ) yang sukar.
Seperti ucapan syair:
Alangkah indahnya
Bila dunia dan agama berkumpul
Dan alangkah buruknya
Bila kekufuran dan kebangkrutan berada pada
seseorang.
10.
BADI’ TAURIYAH
Yang dinamakan juga badi’ iham yang artinya salah
duga.
Secara bahasa artinya menutupi.
Menurut istilah ulama’ balaghoh adalah apabila
menyebutkan satu lafadz yang memiliki dua ma’na, maka yang dekat dan maka yang
jauh, dan yang dikehendaki adalah ma’na yang jauh, dan untuk menutupinya
menggunakan ma’na yang dekat agar pendengar menyangkanya sejak permulaan.
Seperti firman alloh:
( yaitu ) Tuhan yang maha pemurah. Yang bersemayam
di atas ‘Arsy; ( QS. Thaha 5 ).
Lafadz istawa ( bersemayam ) ma’nanya yang dekat
adalah melukai, ma’nanya yang jauh adalah mengerjakan dosa, dan maka inilah
yang dikehendaki.
Pembagian tauriyah
Tauriyah dibagi dua yaitu:
1.
Tauriyah Murossakhoh
Yaitu tauruyah yang disertai sesuatu yang sesuai
dengan ma’na qoribnya ( ma’na dekatnya ).
Seperti firman alloh:
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan ( kami
) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa; ( QS. Ad-Dzariyat 47 ).
Lafadz Aidin ma’nanya yang dekat adalah tangan,
lalu disebutkan sesuatu yang sesuai dengannya, yaitu membangun, sedangkan
ma’nanya yang jauh adalah kekuasaan, dan ma’na inilah yang dimaksud.
2.
Tauriyah Mujarrodah
Yaitu tauriyah yang tidak bersamaan sesuatu yang
sesuai dengan ma’na yang dekat atau ma’na yang jauh.
Seperti ayat yang menjelaskan bersemayamnya alloh
diatas.
11.
BADI’ JAM’U
Secara bahasa artinya mengumpulkan.
Mengukutu istilah ulama’ adalah mengumpulkan
perkara yang berbilangan ( dua atau lebih ) dalam satu hukum.
a.
Yang mengumpulkan dua perkara.
Seperti firman alloh:
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia; ( QS. Al-Kahafi 46 ).
b.
Yang mengumpulkan diatas dua perkara.
Seperti ucapan penyair:
Sesungguhnya sifat pemuda,
Pengangguran ( tidak ada kegiatan yang positif )
dan banyak harta
Adalah merusakkan seseorang
Dengan kerusakan yang sesungguhnya.
12.
BADI’ TAFRIQ
Yaitu membuat perbedaan diantara dua perkara yang
dari satu macam didalam memuji atau lainnya.
Seperti firman alloh:
Dan tiada sama ( antara ) dua laut; yang ini
tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pait.
Seperti ucapan penyair:
Pemberian hujan dimusimnya
Itu seperti pemberian raja saat kedermawanannya
( Bedanya ) pemberian raja adalah 10000 dinar mas
Dan pemberian hujan adalah setetes air.
13.
BADI’ TAQSIM
Yaitu menyebutkan perkara yang berbilangan ( lebih
dari satu ), lalu menyandarkan sesuatu dengan cara ditentukan pada satu
persatunya.
Seperti ucapan penyair:
Tadak ada sesuatu yang tidak teraniaya
Kecuali dua perkara yang rendah
Yaitu himar kampung dan patokan
Himar kampung ini selalu diikat dengan tali pada
pohon kelapa
Sedang patokan selalu dipukul
Dan tak ada seorang pin yang mengasihinya.
14.
BADI’ JAM’U BERSAMA TAFRIQ
Yaitu memasukkan dua perkara didalam satu ma’na,
lalu dibedakan dari sisi memasukkannya.
Seperti ucapan penyair:
Mukamu laksana api dalam pancaran cahayanya
Dan hatiku laksana api dalam panasnya.
15.
BADI’ JAM’U BERSMA TAQSIM
Yaitu mengumpulkan perkara yang berbilang ( lebih
dari satu ) dalam satu hukum kemudian membaginya, atau membagi perkara yang
berbilang lalu mengumpulkannya.
a.
Yang mengumpulkan lalu membagi.
Seperti ucapan penyair:
Sehingga ia mukim ditanah khurosan
Sebab dia, rusaklah bangsa romawi
Gambar-Gambar salib
Dan sesembahan mereka
Ditawanlah wanita yang mereka nikahi
Dibunuhlah anak-anaknya
Dirampoklah harta yang mereka kumpulkan
Dan dibakarlah tanamannya.
Pada bait pertama penyair mengumpulkan bangsa
romawi, yang mencakup orang perempuan, anak-anak, harta dan tanaman didalam
satu hukum, yaitu rusak, lalu hukum itu dibagi atas tertawan, dibunuh, dirampok
dan dibakar.
b.
Yang membagi dulu lalu dikumpulkan.
Seperti ucapan penyair:
Para sahabat nabi adalah kaum
Bila berperang, ia membinasakan musuh
Bila melakukan hal yang bermanfa’at
Maka bermanfa’at pada kelompoknya
Hal seperti itu merupakan wataknya
Bukan hal yang dibuat-buat
Sesungguhnya sesuatu yang diciptakan
Yang paling jelek adalah sesuatu yang dibuat-buat
Pada syair ini pada awalnya penyair membagi sifat
para sahabat nabi, membinasakan musuhdan bermanfa’at pada kelompoknya, lalu hal
ini dikumpulkan pada bait yang kedua, bahwa hal itu merupakan watak dan
tabi’atnya.
16.
BADI’ JAM’U BERSAMAAN TAFRIQ DAN TAQSIM
Yaitu mengumpulkan dua perkara atau lebih, lalu
membuat perbedaan antara keduanya, kemudian membaginya dengan memberi sesuatu
yang sesuai untuknya.
Seperti firman Alloh Surat Hud ayat 105-108
tPöqt ÏNù't w ãN¯=x6s? ë§øÿtR wÎ) ¾ÏmÏRøÎ*Î/ 4 óOßg÷YÏJsù @Å+x© ÓÏèyur ÇÊÉÎÈ $¨Br'sù tûïÏ%©!$# (#qà)x© Å"sù Í$¨Z9$# öNçlm; $pkÏù ×Ïùy î,Îgx©ur ÇÊÉÏÈ úïÏ$Î#»yz $pkÏù $tB ÏMtB#y ÝVºuq»uK¡¡9$# ÞÚöF{$#ur wÎ) $tB uä!$x© y7/u 4 ¨bÎ) y7/u ×A$¨èsù $yJÏj9 ßÌã ÇÊÉÐÈ * $¨Br&ur tûïÏ%©!$# (#rßÏèß Å"sù Ïp¨Ypgø:$# tûïÏ$Î#»yz $pkÏù $tB ÏMtB#y ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur wÎ) $tB uä!$x© y7/u (
¹ä!$sÜtã uöxî 7räøgxC ÇÊÉÑÈ
105.
di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan
izin-Nya; Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
106.
Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya
mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih),
107.
mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi[736], kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang
Dia kehendaki.
108.
Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka
kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki
(yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.
[736]
Alam akhirat juga mempunyai langit dan bumi tersendiri.
Pada ayat ini Alloh mengumpulkan jiwa seseorang
kelak dihari kiamat tidak akan mampu bebicara kecuali dengan idzi Alloh. Lalu
Alloh membedakan perkara yang dikumpulkan ( jiwa seseorang ) dengan ada yang
bahagia dan ada yang celaka, lalu Alloh membaginya bahwa yang bahagia abadi
disurga dan yang celaka abadi dineraka.
17.
BADI’ AL-LAF WAN NASYR
Secara bahasa yaitu berkumpul dan disebar
Menurut istilah ulama’ balaghoh adalah menyebutkan
perkara yang berbilang ( lebih dari satu ) secara global atau cara terperinci,
lalu menyebutkan sesuatu yang sesuai ( pasangan ) dari satu persatunya perkara
yang berbilang tersebut dengan tanpa ditentukan, karena percatya bahwa
pendengar akan mengembalikan sesuatu tersebut pada pasangannya yang sesuai.
a.
Menyebutkan perkara yang berbilang secara global.
Seperti firman alloh Surat Al-Baqoroh 111
(#qä9$s%ur `s9 @äzôt sp¨Yyfø9$# wÎ) `tB tb%x. #·qèd ÷rr& 3t»|ÁtR 3 ù=Ï? öNàÏR$tBr& 3
ö@è% (#qè?$yd öNà6uZ»ydöç/ bÎ) óOçGZà2 úüÏ%Ï»|¹ ÇÊÊÊÈ
111. dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali
tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau
Nasrani". demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.
Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang
benar".
Pada ayat ini maksudnya, orang yahudi berkata:
“didak akan masuk surga kecuali orang yahudi” dan orang nasrani brkata: “tidak
akan masuk surga kecuali orang nasrani”
Lalu Alloh mengumpulkan dua golangan ini ( yaitu
yahudi dan nasrani ) didalam firmannya yang berupa lafadz Quluu. Karena sudah
diketahui bahwa masing-masing golongan itu menghukumi sesat pada golangan yang
lain.
b.
Menyebutkan perkara yang berbilang secara terperinci.
1.
Disebutkan terperinci dan diututkan ( Mutottab )
Seperti firman Alloh Surat Al-Qoshosh 73
`ÏBur ¾ÏmÏGyJôm§ @yèy_ â/ä3s9 @ø©9$# u$yg¨Y9$#ur (#qãZä3ó¡oKÏ9 ÏmÏù (#qäótGö;tGÏ9ur `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ö/ä3¯=yès9ur tbrãä3ô±n@ ÇÐÌÈ
73. dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang,
supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari
karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.
Pada ayat ini Alloh menyebutkan sesuatu secara
terperinci yaitu siang dan malam, lali Alloh menyebutkan pasangan untuk
keduanya dengan secara tertib, istirahat untuk malam hari dan mencari rizqi
disiang hari.
2.
Disebutkan secara terperinci dan tidak diurutkan melainkan dibalik ( Ma’kus
).
Seperti ucapan syair:
Bagai mana aku busa bersabar
Sedangkan kamu seperti tumpukan pasir, dahan pohon
dan kijang
Dalam lirikan, bodi dan pantatnya.
Pada syair ini disebutkan sesuatu secara
terperinci, yaitu tumpukan pasir, dahan pohon dan kijang, lalu pasangannya
disebutkan tidak tertib dan kebalik, bahwa syair percaya bahwa pendengarnya
sudah mengetahui, yang seperti tumpukan pasir adalah pantatnya, yang seperti
dahan pohon adalah bodinya dan yang seperti kijang adalah lirikan mautnya.
3.
Disebutkan secara terperinci dan dicampur urutannya ( Musyawwas )
Seperti:
( Kekasihku ) adalah matahari, harimau dan lautan
dalam kedermawaan, berseri-seri dan keberaniannya.
18.
BADI’ ISTKHDAM
Yatu menyebutkan suatu lafadz yang memiliki dua
ma’na dengen menghendaki salah satunya, lalu menyebutkan dlomir yang kembali
pada lafadz tersebut dengan menghendaki ma’na yang lain, atau menghendaki salah
satu dari dua dlomir yang kembali pada lafadz yang memiliki dua ma’na pada
salah satu dari dua ma’na tersebut, dan menghendako dlomirnya yang lain pada
ma’na yang lain pula.
a.
Yang berupa lafadz dan dlomir.
Seperti ucapan penyair:
Ketika hujan turun
Pada bumnya kaum
Maka aku menggembala pada rumputnya
Walaupun mereka marah-marah
Yang dikehendaki dalam lafadz As-Sama’ adalah
hujan,sedangkan yang dikehendaki dengan dlomir yang kembali pada lafadz
As-Sama’ adalah rumput ( yang yumbuh sebab hujan )
b.
Yang keduanya berupa dlomir.
Seperti ucapan penyair:
Semoga Alloh menurunkan hujan atas pohon kelampis
Dan orang-orang yang bertempat tinggal disekitar
tempat kelampis
Walaupun mereka mencaci pohon kelampis
Dihadapanku.
Dlomir yang ada pada lafadz sakinaihi kembali pada
lafadz Al-Ghodlo dengan memandang tempatnya ( tempat kelampis ), sedangkan
dlomir pada lafadz sabbuhu kembali pada lafadz Al-Ghodlo dengan memandang
pohonnya ( pohon kelampis ), dan keduanya merupakan makna majaz untuk lafadz
Al-Ghodlo.
19.
BADI’ TAJRID
Secara bahasa yaitu melepaskan sesuatu dari
perkara lain.
Mengikiti istilah ulam’ balahgoh adalah apabila
mutakallim dari perkara yang memiliki sifat pada perkara lain yang menyamai
perkara tersebut dalam sifatnya, dengan tujuan untuk men-sangat-kan
kesempurnaan sifat itu dari perkara yang diambil.
a.
Badi’ tajrid yang menggunakan perantara mim tajridiyah.
Seperti:
Bagiku dari fulan adalah sahabat yang dekat.
Maksudnya fulan didalam menjadi seorang sahabat
dekat itu sampai pada batasan yang diperbolehkan mengambil dari diri fulan
sesosok orang yang dijadikan sahabat. Tujuannya adalah untuk men-sangatkan
persahabatan dengan fulan.
b.
Badi’ tajrid yang menggunakan perantara ba’ tajridiyah, yang masuk pada
perkara yang diambil.
Seperti:
Bila kamu meminta pada fulan tentunya kamu meminta
pada lautan.
Maksudnya fulan dalam sifat kedermawaannya sampai
pada batasan yang diperbolehkan diambilkan dari diri fulan seakan seperti
lautan, tujuannya adalah men-sangatkan sifat dermawan yang ada padanya.
c.
Badi’ tajrid yang menggunakan perantara fii tajridiyah.
Seperti firman Alloh pada Surat Fusshilat 28
öNçlm; $pkÏù â#y Ï$ù#èø:$#
Bagi mereka didalam neraka jahanam ada kampung
yang kekal.
Maksudnya neraka jahanam tempatnya kekal, tetapi
dalam pengungkapannya diambilkan dari neraka jahanam ada sebuah kampung yang
kekal, tujuannya untuk memubalaghohkan kekekalannya agar membuat takut pada
mereka.
d.
Badi’ tajrid yang tanpa menggunakan perantara.
Seperti ucapan penyair:
Tidak seekor koda dan secuil hartapun
Yang ada disimu, untuk dihadiahkan
Maka hendaknya ucapan yang baik
Bisa menolong keadaannya yang tak beruang.
Penyair mengambil dari dirinya sesosok orang yang
memiliki sifat seperti dirinya, yang tidank memiliki sedikit hartapun yang bisa
dihadiahkan, lalu sosok itu ia ajak untuk berbicara.
20.
BADI’ MUBALAGHOH
Secara bahasa yaitu mensangatkan atau melebihkan.
Mekikuti istilah ulama’ adalah mutakallim
menetapkan adanya suatu sifat yang dalam kuat dan lemahnya itu sampai pada
batasan yang tidak mungkin ( mustahil ) atau dianggap jau kemungkinannya.
Faidah membuat badi’ mubalaghoh adalah agar
pendengar tidak punya dugaan bahwa maushuf ( perkara yang disifati ) itu
terbatas pada sifat yang disebutkan.
Badi’ mubalaghoh dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
Badi’ Tabligh.
Yaitu apabila sifat yang ditetapkan ( diakui )
oleh mutakallim itu mungkin wujudnya menurut akal dan pengadatan.
Seperti ucapan penyair:
Maka kuda itu berlari kencang
Mengejar banteng laki-laki dan perempuan
Dan ia tidak berkeringat
Yang menyebabkan dibasuh air
Penyair menetapkan bahwa kudanya berlari
kencangmengejar banteng liar dan tidak berkeringat, hal ini adalah mungkin
secara akal dan pengadatan.
2.
Badi’ Ighrok.
Yaitu sifat yang ditetapkan mutakallim itu mungkin
wujudnya secara akal.
Seperti ucapan syair:
Aku muliakan tetanggaku
Selama ia masih disekitarku
Dan aku selalu mengirimi dia pemberian
Ketika ia sudah pindah.
Pada syair ini mutakallim menetapkan suatu sifat
bahwa ketika tetangganya sudah berpindah ia selalu mengirim padanya hadiah dan
pemberian, hal seperti ini adalah mungkin secara akal.
3.
Badi’ Ghulwu.
Yaitu apabila sifat yang ditetapkan pada
mutakallim itu berlebih-lebihan sehingga tidak mungkin wujudnya secara akal dan
pengadatan.
Badi’ Ghlwu dibagi menjadi 2, yaitu:
a.
Badi’ Ghulwu Maqbul:
Yaitu Badi’ Ghulwu yang dimasuki sifat yang ditetapkan
yang mungkin terjadinya.
Badi’ Ghulwu Maqbul ( yang bisa diterima ) itu ada
3 macam, yaitu:
1.
Badi’ Ghuwu yang bersamaan sesuatu yang ditetapkan yang menunjukan
keabsahannya.
a.
Yang bersamaan lafadz kaada.
Seperti firman Alloh Surat An-Nuur 35
Yang minyaknya ( saja ) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api.
Bersinarnya minyak seperti bersinarnya lampudengan
tanpa disentuh oleh apiadalah perkara yang mustahil secara akal dan adat
menurut orang awam, sedangkan menurut orang yang khusus hal itu adalah mungkin
menurut akal mereka,karena memandang qudroh ( kekuasaan ) Alloh mencakup hal
itu.
b.
Yang bersamaan lafadz lau.
Seperti firman Alloh Suran Al-Hasyr 21
öqs9 $uZø9tRr& #x»yd tb#uäöà)ø9$# 4n?tã 9@t6y_ ¼çmtF÷r&t©9 $Yèϱ»yz %YæÏd|ÁtFB ô`ÏiB Ïpuô±yz «!$#
21.
kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan
ketakutannya kepada Allah.
2.
Badi’ Ghulwu yang mengandung indahnya hayalan ( husnu takhyil )
Seperti ucapan syair:
Rasa takutnya dari musuh
Menghancurkan setiap pedang yang tajam
Seandainya tidak ada sarung pedang
Yang menahannya, tentunya ia sudah terhunus.
3.
Badi’ Ghilwu yang dikeluarkan untuk gurauan dan dagelan.
Seperti ucapan penyair:
Aku mabuk dihari kemarin
Bila aku menyengaja minum arak dihari esok
Keadaan yang demikian
Sungguh merupakan hal yang mengherankan.
b. Badi’
Ghulwu Mardud
Yaitu Badi’ yang melebih-lebihkan sampai
tingkatan yang ditolak.
Seperti ucapan penyair:
Kutakut-takuti
Orang
yang mensekutukan Alloh
Sehingga
takut padamu
Air
mani yang belum dijadikan mahluk.